Sabtu, 27 Februari 2016

(Mod)èl, Bukan (Mod)al Personal

(Mod)èl, Bukan (Mod)al Personal Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Para futurists adalah mereka yang berusaha memecahkan masalah sembari mengubah perilaku sesuai dengan perspektif masa depan. Mereka konsisten mengerjakan apa yang mereka katakan, menyadari kebutuhan yang paling relevan dengan perubahan, dan rela berkorban demi mempertajam visi mereka. Tindakan yang mereka ambil didasarkan lebih pada informasi sebab-akibat yang “dapat dan mungkin terjadi” secara acak (random) ketimbang yang “seharusnya terjadi” secara menetap (fixed) selama sejam, sehari, seminggu, atau setahun ke depan.

Kisah Darko Soweno berikut menggambarkan bahwa insan pengusaha tidak hanya membutuhkan modal, tetapi juga model tentang masa depan.

Kisah Biji Jambu Darko Soweno, pemuda desa asal Semin, Gunung Kidul mendatangi seorang pastor di daerah Pulomas, Jakarta Pusat. Konon, Darko Soweno bermaksud melamar kerja sebagai seorang koster , setelah mendengar kabar dari seorang handai tolan bahwa ada lowongan pekerjaan koster di suatu gereja di Pulomas, Jakarta Pusat.

Tepat jam 08.00, di suatu hari Kamis, Pastor Paulus Winasis mewawancarainya dan mengetes bagaimana ia mengepel lantai dan mengosek toilet pastoran yang kebetulan berdampingan dengan gedung gereja. ‘ “Baiklah, Darko. Melihat hasil pekerjaanmu, saya nyatakan kau diterima.”

Selanjutnya Pastor Paulus Winasis berkata, “Sebagai persyaratan administratif, da
... baca selengkapnya di (Mod)èl, Bukan (Mod)al Personal Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Senin, 22 Februari 2016

2,5 Persen Saja

2,5 Persen Saja Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

“Intinya setiap harta yang kita miliki, wajib kita zakati. Sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW”. Terang Pak Aji di tengah penjelasannya, saat menyampaikan materi hadits bab zakat sore itu. Dia adalah salah satu dosen di kampusku, STAIN Salatiga.
“Dalam hadits yang telah kita bahas hari ini, memang zakat wajib dikeluarkan jika telah mencapai haul dan nisob. Namun, untuk kalian yang belum punya penghasilan yang tetap dan masih di gaji oleh orang tua kalian, alangkah baiknya jika kalian belajar untuk berzakat sedari dini”. Lanjut dosen yang suka bercanda ketika menyampaikan materi. Tapi kali ini seakan sedang berpidato sebagai panglima perang. Serius sekali.
“Uang yang diterima dari orang tua kalian, dari kerja sampingan kalian, atau bahkan dari beasiswa yang kalian terima. Sebaiknya disedekahkan minimal 2,5% saja untuk pensucian harta kalian dan sebagai sarana latihan berzakat. Dan lagi, itu hanya titipan Allah. Kita dipercaya oleh-Nya untuk menjadi bendahara Allah di muka bumi ini maka kita tidak sepatutnya mengkorupsi harta Allah karena dalam harta yang kita miliki ada sebagian hak mereka yang lebih membutuhkan”. Beliau melanjutkan, 2 matanya tajam menatap kami.

Keadaan kelas sepi. Semua mahasiswa nampak serius menyimak penjelasan Pak Aji yang masih serius juga, bahkan kini semakin membara seakan belia
... baca selengkapnya di 2,5 Persen Saja Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More